Cerita ini dimulai ketika saya dapat info dari teman saya tentang pembukaan pendaftaran event internasional Southeast Asia Leaders Summit (SEALS) 2017 di Jakarta. Ada keinginan ikut event tersebut setelah terakhir saya ikut event nasional Indonesia Student Leadership Camp IV di Universitas Indonesia. Namun, saya urungkan karena menimbang biaya yang harus dikelurakan lumayan besar dan banyaknya tugas kampus.
Waktupun berlalu, kemudian saya mulai melirik lagi event tersebut karena hati nurani saya menujukkan pengen ikut. hehehe. Registrasi pun gratis, Saya coba-coba mendaftar. Hitung-hitung pengen mengukur kualitas esai saya. Kebetulan salah satu syarat suruh buat esai. Saya pikir jika lolos Alhamdulillah, Jika tidak, ya tidak apa-apa toh gratis. wkwkwk.
Tibalah hari pengumuman. Saya buka hp dan lihat di medsos The IDE. Dan... ternyata saya lolos seleksi administrasi menyingkirkan 700 lebih pendaftar. Saya pun mulai memikirkan lagi apakah saya lanjut atau tidak. Hati saya malah lebih condong untuk melanjutkan. Kemudian saya mulai mencari dukungan dana ke kampus. Sudah bolak-balik ke orang sini dan orang sana namun nihil hasilnya. Ada rasa kecewa yang menyelimti diri saya. Namun apa daya saya harus mengurungkan niat. Saya menghubungi panitia juga saya mengundurukan diri menjadi delegasi. Dan yah,.. rasanya nano-nano.
Ketika mendekati hari H pelaksanaan SEALS pengumuman best essay diumumkan. Jeng-jeng... saya ada di urutan 17 dari 20nd best essay. Gak nyangka esai saya bakal kayak gitu kejadiannya. Tanpa ragu saya hubungi Bu Ninik selaku Kaprodi D3 Okupasi Terapi, Poltekkes Kemenkes Surakarta. Alhamdulillah dari situ saya sedikit curhat soal SEALS ke Bu Ninik. Setelah itu hubungi sana-sini, akhirnya saya dapat kembali menjadi delegasi setelah saya membatalkan waktu itu. Tak berapa lama Bu Ninik langsung membagikan pengumuman tadi di grup dosen Poltekkes Kemenkes Surakarta dan booming di kalangan dosen. Tak lupa Bu Ninik juga membagikan pengumuman ke grup alumni beliau. Selang beberapa jam saja langsung ada lamuni yang mensupport saya dengan memberikan dukungan akomodasi ketika itu juga. Alumni Okupasi Terapi tersebut bernama Pak Sholeh. Pak Soleh orang yang baik dan mempunyai pandangan kedepan dan yah saya sampai sekarang berteman dengan beliau dan sesekali bertukar informasi. hehehee.. Salut buat Pak Sholeh.
Kemudian untuk biaya transpot Bu Ninik juga mengusahakan dari kampus. Saya sampai dipertemukan dengan sekjur dan disambungkan ke bagian akademik kampus pusat namun gagal. Akhirnya Bu Ninik tidak kehilangan cara. Ia pun menggalang dukungan ke dosen okupasi terapi dan alhamdulillah dapat mencukupi untuk biaya transpot. Saya sebenarnya juga merasa tidak enak dengan apa yang dilakukan Bu Ninik tersebut namun saya terus diyakinkan oleh Bu Ninik untuk mengikuti event tersebut. Saya pun mengiyakan dan saya harus bersemangat karena saya membawa almamater Jurusan Okupasi Terapi, Poltekkes Kemenkes Surakarta tercinta ke event internasional.
Ketika mendekati hari H pelaksanaan SEALS pengumuman best essay diumumkan. Jeng-jeng... saya ada di urutan 17 dari 20nd best essay. Gak nyangka esai saya bakal kayak gitu kejadiannya. Tanpa ragu saya hubungi Bu Ninik selaku Kaprodi D3 Okupasi Terapi, Poltekkes Kemenkes Surakarta. Alhamdulillah dari situ saya sedikit curhat soal SEALS ke Bu Ninik. Setelah itu hubungi sana-sini, akhirnya saya dapat kembali menjadi delegasi setelah saya membatalkan waktu itu. Tak berapa lama Bu Ninik langsung membagikan pengumuman tadi di grup dosen Poltekkes Kemenkes Surakarta dan booming di kalangan dosen. Tak lupa Bu Ninik juga membagikan pengumuman ke grup alumni beliau. Selang beberapa jam saja langsung ada lamuni yang mensupport saya dengan memberikan dukungan akomodasi ketika itu juga. Alumni Okupasi Terapi tersebut bernama Pak Sholeh. Pak Soleh orang yang baik dan mempunyai pandangan kedepan dan yah saya sampai sekarang berteman dengan beliau dan sesekali bertukar informasi. hehehee.. Salut buat Pak Sholeh.
Kemudian untuk biaya transpot Bu Ninik juga mengusahakan dari kampus. Saya sampai dipertemukan dengan sekjur dan disambungkan ke bagian akademik kampus pusat namun gagal. Akhirnya Bu Ninik tidak kehilangan cara. Ia pun menggalang dukungan ke dosen okupasi terapi dan alhamdulillah dapat mencukupi untuk biaya transpot. Saya sebenarnya juga merasa tidak enak dengan apa yang dilakukan Bu Ninik tersebut namun saya terus diyakinkan oleh Bu Ninik untuk mengikuti event tersebut. Saya pun mengiyakan dan saya harus bersemangat karena saya membawa almamater Jurusan Okupasi Terapi, Poltekkes Kemenkes Surakarta tercinta ke event internasional.
Sebuah pengalaman tak ternilai bertemu pemuda yang keren-keren dan tentunya memiliki wawasan yang luas dari dalam maupun luar negeri. Pemikiran mereka pada "ngewri-ngewri" kritis, tajam, sangat peduli dengan isu-isu nasional maupun global dan tentunya pake bahasa inggris. Hal tersebut dapat mengupgrade english skill saya dan menambah ilmu tentunya.
Terima kasih informasi yang sangat menarik, kami juga punya informasi menarik lainnya bisa anda cek di:
ReplyDeleteDesain Interior