Showing posts with label 2017. Show all posts
Showing posts with label 2017. Show all posts

Bertemu Judit dan Belajar Tentang Negara Hungaria

          Sziazstok!
          "Sziazstok!" atau "hai" dalam bahasa Magyar yang digunakan di negara Hungaria.
Yap, artikel ini saya akan ulas pengalaman saya saat bertemu orang Hungaria. Jadi sebelum itu saya diajak oleh teman akrab saya untuk join ke acara faktabahasa Solo yang akan mengadakan acara FALCON (Fakatabahasa's Language and Cultural Explosion). Acaranya hari Sabtu, 16 Desember 2017 sore pukul 15.30 WIB di Waroeng Top Inspirasi, Banyuanyar, Solo. Saya cek jadwal saya, eh ternyata kosong, langsung saya iyakan ajakan tersebut.
          Saat akan ke tempat acara saya sebenarnya minder dan bergumam dalam hati, "nanti saya ngomong apaan ya?". Tapi karena saya mahasiswa Okupasi Terapi (OT) saya mulai atur pernafasan dan berpikiran positif agar salah satu faktor stres tidak naik yang menyebabkan depresi.
Tiba di tempat acara saya menuju meja registrasi untuk mengecek nama dan tanda tangan. Kemudian saya duduk di kursi belakang bersama teman saya tadi. Acara dimulai dengan talkshow dengan narasumber beberapa warga asing yang telah diundang, diantaranya:
1. Judit dari Hungaria,
2. Celeb dari Amerika,
3. Bushairy dari Malaysia, dan
4. Leon dari Mexico.
Talkshow berjalan dengan lancar dan seru karena MC sangat lihai memainkan perannya serta narasumber yang menjawab dengan santai dan penuh keakaraban.
          Setelah acara talkshow, kami break sebentar karena adzan maghrib berkumandang. Setelah break dilanjutkan dengan sharing. Kami menempati kursi dan meja sesuai degan minat negara yang dituju. saya dan teman saya memilih negara Hungaria bersama Judit, langsung kami menempatkan diri duduk di kursi yang telah disediakan. ngomong-ngomong acara ini gratis.
          Semua peserta dan narasumber sudah duduk di ruangan masing-masing mulailah sharing semua tentang negara tersebut. Kami mulai denga perkenalan satu persatu. Diawali dengan Judit. Ia perempuan berusia 26 tahun, seorang warga Hungaria yang menuntut ilmu di Indonesia. Tepatnya di salah satu perguruan tinggi seni di Kota Solo. Ia mengambil jurusan batik dengan beasiswa darmasiswa kemdikbud. oh ya, mbak Judit ini juga lulusan S1 di salah satu universitas di negaranya. Dia dahulu mengambil jurusan fisioterapi. Ketika dia bilang begitu, saya langsung kaget. Ternyata ada jurusan yang serumpun dengan saya. Saya mengundang dia ke kampus saya jika ada waktu senggang. Kami ngomong sama Judit pake bahasa inggris yang belepotan. hehehe... Tapi dia mengerti apa yang kami maksud.
           Hungaria berada di benua Eropa dan beribu kota di Budapest. Judit menceritakan Hungaria adalah negara yang indah terdapat kastil-kastil kuno, danau, dan lain sebagaianya. Judit juga menunjukkan kalau makanan khas dari negaranya adalah roti drum, karena bentuknya kayak drum. Dia juga menceritakan kalau mayoritas penduduknya tidak bisa bahasa Inggris, namun kalau ke hotel atau restoran kebanyakan bisa bahasa Inggris. Jadi kalau mau liburan ke sana tidak perlu khawatir.
           Dahulu Hungaria pernah dibebaskan oleh pasukan ustmani zaman kekhalifahan ustmaniyyah. Lalu direbut oleh Uni Soviet saat perang dunia ke-1 dan menjadi bagian dari federasi tersebut. Dari hirup pikuk tersebut melahirkan bahasa Hungaria yakni Magyar. Menurut saya saat mendengar Judit berbicara dengan bahasanya lebih mirip antara bahasa Jerman dengan bahasa Rrusia. Maklum baru tau ini jadi feeling aja nentuinnya.
           Kami sempat diajari sedikit bahasa Magyar oleh Judit. Dari alfabet a-z kami diajari. Yang paling menonjol dan ribet adalah huruf A, Á, Í, I, É, E, U, Ú, Ű, Ü, O, Ő, Ö, Ó. Susah dan hampir mirip pengucapannya sampai Judit bilang kalau kalian ngobrol sama orang Hungaria nanti bibirnya monyong-monyong sambil Judit mencontohkan monyongnya.
           Waktu terus berlalu dan kami belajar sedikit bahasa Hungaria. ada lelucon dari Judit, katanya kalian sudah bagus cara bacanya. Tinggal perut kalian digendutin dan mengusap-usap pusar, nanti jadi orang hungaria.
           Sebelum acara selesai kami berfoto ria sebelum pulang.


(Sumber foto: dokumentasi pribadi)

Cerita Jadi Delegasi Indonesia di Event Southeast Asia Leaders Summit (SEALS) 2017 II

          Acara berlangsung selama 4 hari 3 malam. Tempat menginap kami di komplek LPMP Jakarta. Tempat acara berbeda-beda, mulai dari di LPMP sampai komplek MPR RI. Saat tiba di penginapan sangat disayangkan karena peserta awal yang datang dijadikan satu, padahal peserta yang datang awal berasal dari Jawa Tengah, jadi ya tidak ada interaksi dengan english. wkwkk. Padahal niatan pengen nyoba ngobrol pake inggris. Untungnya, peserta yang awal juga ada dari Bangladesh, jadi dapat sedikit terobati deh mulut ini pengen ngoceh inggris.
         Kadang juga agak repot karena saya dari Jurusan Okupasi Terapi yang masih asing bagi masyarakat luas. Saya mesti menjelaskan kepada mereka dengan sesimpel mungkin sehingga mereka paham walau saya tidak tahu juga mereka paham atau tidak. wkwkwk... Tapi dari pantauan saya mereka juga belum paham-paham banget karena memang tidak ada gambaran yang spesifik walau saya sudah ngoceh 5 menit. Tapi saya bersyukur mereka mau bertanya dan mencoba memahami. Semoga kedepan Jurusan Okupasi Terapi semakin dikenal oleh masyarakat luas.
          Selama acara berlangsung saya dapati pembicara yang biasa sampai yang high class. semua pembicara juga pandai dalam berbahasa inggris. membuat saya bersemangat untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya. Saya juga mendapat teman luar negeri saya pertama yang face to face ya bukan onlinean. hehehe. Namanya kak Shima dari Sudan, kemudian ada kak Negina dari Afghanistan, Kak Kamila dari Thailand, dan masih banyak lagi. Mereka sangat friendly walau saya dengan mereka beda umur, tuaan sana dikit. Tapi disitulah saya diuji, English is everywhere. Lidah Jowo ngobrol pake inggris, ya kesleo-kesleo juga akhirnya. Tapi saya banyak mendapat ilmu dari mereka juga selain dari pembicara yang ada.
          Saya dapat inspirasi dari salah satu pembicara, yakni Imam Bashar Arafat. Dia adalah CEO dari Civilization Exchange and Coorporate Foundation. Beliau berpesan kepada kami untuk selalu bertaqwa kepada Tuhan YME dan pelajarilah bahasa inggris karena bahasa global yang akan menghantarkan kalian pada dunia. Hal ini dibuktikan dengan salah satu pembicara dari Vietnam, kak Nguyen Thi Huong Lien seorang CEO Lady Biker. Walau rupa dan penampilan mirip orang Indonesia dan pesan-pesan yang ia sampaikan biasa bagi saya karena sudah banyak figur di indonesia yang telah menyampaikan terlebih dahulu tapi ia bisa berbahasa inggris yang menghantarkan ia pada acara-acara internasional yang cukup bergengsi. Konsumen dari perusahaannya juga mayoritas bule yang mau berwisata ke Vietnam.
            Masih banyak teman dan pembicara yang inspiratif namun semua itu penyemangat bagi saya untuk meraih mimpi. Rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya juga saya ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu saya untuk keikutsertaan event internasional pertama saya.
terima kasih sobat.

Cerita Jadi Delegasi Indonesia di Event Southeast Asia Leaders Summit (SEALS) 2017 I

          Cerita ini dimulai ketika saya dapat info dari teman saya tentang pembukaan pendaftaran event internasional Southeast Asia Leaders Summit (SEALS) 2017 di Jakarta. Ada keinginan ikut event tersebut setelah terakhir saya ikut event nasional Indonesia Student Leadership Camp IV di Universitas Indonesia. Namun, saya urungkan karena menimbang biaya yang harus dikelurakan lumayan besar dan banyaknya tugas kampus.
          Waktupun berlalu, kemudian saya mulai melirik lagi event tersebut karena hati nurani saya menujukkan pengen ikut. hehehe. Registrasi pun gratis, Saya coba-coba mendaftar. Hitung-hitung pengen mengukur kualitas esai saya. Kebetulan salah satu syarat suruh buat esai. Saya pikir jika lolos Alhamdulillah, Jika tidak, ya tidak apa-apa toh gratis. wkwkwk.
          Tibalah hari pengumuman. Saya buka hp dan lihat di medsos The IDE. Dan... ternyata saya lolos seleksi administrasi menyingkirkan 700 lebih pendaftar. Saya pun mulai memikirkan lagi apakah saya lanjut atau tidak. Hati saya malah lebih condong untuk melanjutkan. Kemudian saya mulai mencari dukungan dana ke kampus. Sudah bolak-balik ke orang sini dan orang sana namun nihil hasilnya. Ada rasa kecewa yang menyelimti diri saya. Namun apa daya saya harus mengurungkan niat. Saya menghubungi panitia juga saya mengundurukan diri menjadi delegasi. Dan yah,.. rasanya nano-nano.
          Ketika mendekati hari H pelaksanaan SEALS pengumuman best essay diumumkan. Jeng-jeng... saya ada di urutan 17 dari 20nd best essay. Gak nyangka esai saya bakal kayak gitu kejadiannya. Tanpa ragu saya hubungi Bu Ninik selaku Kaprodi D3 Okupasi Terapi, Poltekkes Kemenkes Surakarta. Alhamdulillah dari situ saya sedikit curhat soal SEALS ke Bu Ninik. Setelah itu hubungi sana-sini, akhirnya saya dapat kembali menjadi delegasi setelah saya membatalkan waktu itu. Tak berapa lama Bu Ninik langsung membagikan pengumuman tadi di grup dosen Poltekkes Kemenkes Surakarta dan booming di kalangan dosen. Tak lupa Bu Ninik juga membagikan pengumuman ke grup alumni beliau. Selang beberapa jam saja langsung ada lamuni yang mensupport saya dengan memberikan dukungan akomodasi ketika itu juga. Alumni Okupasi Terapi tersebut bernama Pak Sholeh. Pak Soleh orang yang baik dan mempunyai pandangan kedepan dan yah saya sampai sekarang berteman dengan beliau dan sesekali bertukar informasi. hehehee.. Salut buat Pak Sholeh.
          Kemudian untuk biaya transpot Bu Ninik juga mengusahakan dari kampus. Saya sampai dipertemukan dengan sekjur dan disambungkan ke bagian akademik kampus pusat namun gagal. Akhirnya Bu Ninik tidak kehilangan cara. Ia pun menggalang dukungan ke dosen okupasi terapi dan alhamdulillah dapat mencukupi untuk biaya transpot. Saya sebenarnya juga merasa tidak enak dengan apa yang dilakukan Bu Ninik tersebut namun saya terus diyakinkan oleh Bu Ninik untuk mengikuti event tersebut. Saya pun mengiyakan dan saya harus bersemangat karena saya membawa almamater Jurusan Okupasi Terapi, Poltekkes Kemenkes Surakarta tercinta ke event internasional.
           Sebuah pengalaman tak ternilai bertemu pemuda yang keren-keren dan tentunya memiliki wawasan yang luas dari dalam maupun luar negeri. Pemikiran mereka pada "ngewri-ngewri" kritis, tajam, sangat peduli dengan isu-isu nasional maupun global dan tentunya pake bahasa inggris. Hal tersebut dapat mengupgrade english skill saya dan menambah ilmu tentunya.