Showing posts with label pengalaman. Show all posts
Showing posts with label pengalaman. Show all posts

Pengalaman Praktek Klinik I Okupasi Terapi di RSJD Dr. Arif Zainuddin Surakarta


(Sumber: www.Picoku.net)
          Malam ini saya lagi capek buat belajar kuis besok jadi iseng-iseng refreshing otak sebentar dengan menulis di blog ini. hehehe..
          Selamat malam semua. Semoga kita selalu diberi kesehatan dan keselamatan oleh-Nya.
Kali ini saya mau bercerita mengenai pengalaman Praktik Klinis (PK) pertama saya. Tiap semester genap di Prodi D-III Okupasi Terapi selalu mengadakan kegiatan praktik klinis yakni mahasiswa terjun langsung ke lahan praktek untuk mencocokkan ilmu yang didapat di kampus dengan di lapangan serta menambah ilmu jika memang di kampus tidak mendapatkan.
          Ketika semester 2, kalau tidak salah tahun 2017, prodi saya mengadakan praktik klinis yakni untuk saya PK I. kebetulan lahan praktik yang menentukan dari pihak kampus, sebenernya boleh memilih sendiri tempat prakteknya namun nanti repot dan berbelit-belit dan saya tidak suka. heheh. muncullah surat sakti perubah mood, yap, surat keterangan penempatan praktik klinis dan saya ternyata mendapat jatah PK di RSJD Dr. Arif Zainuddin Surakarta. (dalam hati: "Alhamdulillah deket sama kampus dan rumah"). Ternyata saya tidak sendiriaan, saya bersama 2 orang teman yakni Alm. Raudya Sisnasza dan Joshua Sebastian menemani praktik.
          Semua administrasi sudah diurus pihak kampus tinggal kita membayar biaya praktik ke pihak RSJ. Sebelum praktek dilaksanakan, ada agenda persiapan praktek yakni pembekalan. Isinya ya biasa lah kayak diprepared buat apa yang perlu dilaksanakan hari pertama dan terakhir, tugas-tugasnya, aturan, reward dan punishment terhadap aturan, dst.
          Hari pertama, kami berangkat pagi-pagi agar terlihat rajin. hehehe. Setelah sampai di RSJ, kami ke ruang aula untuk upacara penyambutan. Upacara penyambutn ini hanya diselenggarakan jika  praktikan dan instansi banyak, kalau cuma 1 atau 2 instansi dengan jumlah praktikan sedikit ya tidak diadakan. setelah selesai upacaranya, kami langsung ke tempat administrasi untuk membayar biaya PK. Kemudian, kita dikasih nota pembayaran (harus disimpan ya guys, soalnya buat refund biaya PK ke kampus).
          Setelah urusan administrasi selesai, kami langsung ke Unit Okupasi Terapi untuk bertemu pembimbing dan para stafnya. Selesai urusan perkenalan, kami langsung nimbrung bersama kating (Kakak Tingkat) yang sudah praktik duluan.
           Praktik di RSJ dimulai dari pukul 8 pagi sampai 1 siang dengan hari kerja dari senin sampai jumat selama 2 minggu. sebetulnya cuma 1 jam terapinya dari jam 9-10, jadi setelah jam tersebut kita bebas mau ngapain yang penting jam 1 ngasih tau pembimbing kalau akan pulang.
          Hari-hari berikutnya kami ikut terapi bersama pasien jiwa guys, tapi kami tidak sakit ya cuma ikut nimbrung buat observasi. hehee...
Terapi OT juga berbeda tiap harinya, misalkan hari senin jadwalnya olahraga, selasa diskusi, rabu terapi Activity Dily Living (ADL), kamis terapi musik, jumat terapi religi. Durasi terapi kurang lebih 1 jam.
          Selain mengikuti kegiatan terapi harin pasien, kami juga punya tugas kampus, yakni membuat laporan kasus individu. jadi setiap mahasiswa diwajibkan mencari pasien untuk di obsevasi, assessment, treatment, dan reevaluasi. tapi berhubung kami baru "anak bawang" jadi kami cuma dikasih tugas obsevasi dan assessment.
         Diantara laporan individu ada juga laporan kelompok, formatnya sama seperti laporan individu cuma dikerjakan bersama kelompok. jadi, laporan kelompok ini nantinya yang akan dipresentasikan di kampus setelah praktek berahir.
          Hal yang paling saya kenang yakni karena terlalu enak dan baru pertama praktek di RSJ sampai-sampai laporan tugas saya jadi terbengkalai. Minggu ke-2 baru kami kerjakan dan alhasil laporan kami kurang maksimal dan baru mendapatkan tanda-tangan pembimbing lahan sehari sebelum presentasi dan itu pelajaran banget buat saya kalau tugas harus sedini mungkin dikerjakan dan selesai. Dan jujur saja ilmu yang saya peroleh dari lahan sangat sedikit, jadi saya menyesal sekali tidak bisa bertanya ini itu soal OT pada kesehatan jiwa.
          Cerita lain yakni, pernah juga diadakan seperti terapi ke tempat wisata untuk melatih pasien agar dapat berani berkomunikasi dengan orang lain, saat itu saya, kating, staf OT dan pasien bersama-sama ke umbul pengging. Cerita lucupun dimulai, saat kami turun dari bus dan berjalan ke kolam banyak orang melihat kami dengan perasaan takut, maklum pasiennya pakai pakaian khas RSJ seperti di film-film. heheh... Saat pasien menceburkan diri ke kolam banyak orang bahkan semua keluar dari kolam dengan terburu-buru, persisi seperti di film-film. hahaha... Rasanya pengen ketawa keras tapi disatu sisi ya harus simpati bahwaa terkena penyakit jiwa itu susah guys.
           Selesai praktik, kamipun mempresentasikan tugas kami dihadapan dosen dan teman-teman kami untuk berbagi dan meperkaya ilmu OT yang berada di lapangan.
           Mungkin itu aja yang bisa saya bagikan ke kalian, maaf belum ada foto karena filenya hilang. T.T

Bertemu Judit dan Belajar Tentang Negara Hungaria

          Sziazstok!
          "Sziazstok!" atau "hai" dalam bahasa Magyar yang digunakan di negara Hungaria.
Yap, artikel ini saya akan ulas pengalaman saya saat bertemu orang Hungaria. Jadi sebelum itu saya diajak oleh teman akrab saya untuk join ke acara faktabahasa Solo yang akan mengadakan acara FALCON (Fakatabahasa's Language and Cultural Explosion). Acaranya hari Sabtu, 16 Desember 2017 sore pukul 15.30 WIB di Waroeng Top Inspirasi, Banyuanyar, Solo. Saya cek jadwal saya, eh ternyata kosong, langsung saya iyakan ajakan tersebut.
          Saat akan ke tempat acara saya sebenarnya minder dan bergumam dalam hati, "nanti saya ngomong apaan ya?". Tapi karena saya mahasiswa Okupasi Terapi (OT) saya mulai atur pernafasan dan berpikiran positif agar salah satu faktor stres tidak naik yang menyebabkan depresi.
Tiba di tempat acara saya menuju meja registrasi untuk mengecek nama dan tanda tangan. Kemudian saya duduk di kursi belakang bersama teman saya tadi. Acara dimulai dengan talkshow dengan narasumber beberapa warga asing yang telah diundang, diantaranya:
1. Judit dari Hungaria,
2. Celeb dari Amerika,
3. Bushairy dari Malaysia, dan
4. Leon dari Mexico.
Talkshow berjalan dengan lancar dan seru karena MC sangat lihai memainkan perannya serta narasumber yang menjawab dengan santai dan penuh keakaraban.
          Setelah acara talkshow, kami break sebentar karena adzan maghrib berkumandang. Setelah break dilanjutkan dengan sharing. Kami menempati kursi dan meja sesuai degan minat negara yang dituju. saya dan teman saya memilih negara Hungaria bersama Judit, langsung kami menempatkan diri duduk di kursi yang telah disediakan. ngomong-ngomong acara ini gratis.
          Semua peserta dan narasumber sudah duduk di ruangan masing-masing mulailah sharing semua tentang negara tersebut. Kami mulai denga perkenalan satu persatu. Diawali dengan Judit. Ia perempuan berusia 26 tahun, seorang warga Hungaria yang menuntut ilmu di Indonesia. Tepatnya di salah satu perguruan tinggi seni di Kota Solo. Ia mengambil jurusan batik dengan beasiswa darmasiswa kemdikbud. oh ya, mbak Judit ini juga lulusan S1 di salah satu universitas di negaranya. Dia dahulu mengambil jurusan fisioterapi. Ketika dia bilang begitu, saya langsung kaget. Ternyata ada jurusan yang serumpun dengan saya. Saya mengundang dia ke kampus saya jika ada waktu senggang. Kami ngomong sama Judit pake bahasa inggris yang belepotan. hehehe... Tapi dia mengerti apa yang kami maksud.
           Hungaria berada di benua Eropa dan beribu kota di Budapest. Judit menceritakan Hungaria adalah negara yang indah terdapat kastil-kastil kuno, danau, dan lain sebagaianya. Judit juga menunjukkan kalau makanan khas dari negaranya adalah roti drum, karena bentuknya kayak drum. Dia juga menceritakan kalau mayoritas penduduknya tidak bisa bahasa Inggris, namun kalau ke hotel atau restoran kebanyakan bisa bahasa Inggris. Jadi kalau mau liburan ke sana tidak perlu khawatir.
           Dahulu Hungaria pernah dibebaskan oleh pasukan ustmani zaman kekhalifahan ustmaniyyah. Lalu direbut oleh Uni Soviet saat perang dunia ke-1 dan menjadi bagian dari federasi tersebut. Dari hirup pikuk tersebut melahirkan bahasa Hungaria yakni Magyar. Menurut saya saat mendengar Judit berbicara dengan bahasanya lebih mirip antara bahasa Jerman dengan bahasa Rrusia. Maklum baru tau ini jadi feeling aja nentuinnya.
           Kami sempat diajari sedikit bahasa Magyar oleh Judit. Dari alfabet a-z kami diajari. Yang paling menonjol dan ribet adalah huruf A, Á, Í, I, É, E, U, Ú, Ű, Ü, O, Ő, Ö, Ó. Susah dan hampir mirip pengucapannya sampai Judit bilang kalau kalian ngobrol sama orang Hungaria nanti bibirnya monyong-monyong sambil Judit mencontohkan monyongnya.
           Waktu terus berlalu dan kami belajar sedikit bahasa Hungaria. ada lelucon dari Judit, katanya kalian sudah bagus cara bacanya. Tinggal perut kalian digendutin dan mengusap-usap pusar, nanti jadi orang hungaria.
           Sebelum acara selesai kami berfoto ria sebelum pulang.


(Sumber foto: dokumentasi pribadi)

Occupational Therapy Performance (Leisire Project): Membuat Replika Bangunan

Oleh: Muhamad Ibrahim

            Gak kebayang kan anak kesehatan bikin kayak ginian?. Apa coba hubungannya buat kayak gitu sama kesehatan. Nah, jurusan saya adalah okupasi terapi yang notabene memiliki tiga komponen performan atau biasa kami kenal sebagai occupational therapy performance. Yang pertama adalah Activity Daily Living atau Aktivitas keseharian. Berkutat pada bagaimana sesorang melakukan perawatan dirinya sendiri. Misalkan makan, mandi, memotong kuku, dll. Yang kedua adalah Productivity atau produktivitas. Berkutat pada profesi seseorang yang menimbulkan produktivitas. Misalkan guru yang sedang mengajar, mahasiswa yang menuntut ilmu, pengusaha yang sedang menandatangani surat penting, dll. Dan yang terakhir adalah Leisure. Berkutat pada pemanfaatan waktu luang. Misalkan membuat kerajinan sulam, bantal, membaca Al Quran, dll.

          Nah foto yang saya share kali ini adalah salah satu tugas leisure. Kelompok kami hanya ada dua orang, saya dan partner saya Silvia Mega Putri. Kami memilih membuat miniatur bangunan dari lem tembak. Bangunannya sih rencana awal ingin seperti İzmir Clock Tower atau İzmir Saat Kulesi. Tapi apadaya deadline menghimpit H-1 baru dibuat dan selesai sore hari, jadinya yang bagian atas dibuat atap segitiga meruncing. Belum lagi analisis apendix A belum diisi membuat kami terkhusus saya jadi stres (eits... sebetulnya leisure itu menghilangkan stres tapi ini cuman tugas kuliah ya, jangan salah sangka dulu).
           Nah berhubunh kami mahasiswa kesehatan. Kami menekankan pada analisis proses pembuatan barang tersebut. Saat kita membuat miniatur bangunan ini kita menganalisis otot apa yang bekerja, sendi apa yang dipakai, kemampuan apa saja yang dipakai, dari mulai analisis proses, motorik, hingga lingkungan. Semua dianalisis sampai detail.
            Otot digunakan untuk menggerakkan tulang dan sendi. Kekuatan otot ekstremitas atas yang dibutuhkan berniali 4 hingga 5  yang berarti area tangan dapat bergerak dan dapat menahan beban dari alat lem tembak serta dapat memberi tekanan pada pelatuk lem tembak. Otot yang digunakan saat membuat miniatur bangunan antara lain biseps brachii, triceps brachii, brachialis, radiobrachialis, supinator, pronator teres, pronator quadratus, flexor digitorum profundus, flexor digitorum superficialis, flexor digitiminimi, lumbricales, flexor carpi radialis, flexor carpi ulnaris, palmaris longus, flexor pollicis longus, flexor pollicis brevis, adductor pollicis.
          Lingkup Gerak Sendi (LGS) memiliki peran yang tidak kalah penting. karena saat pembuatan miniatur membutuhkan keluesan gerak, terutama jari jemari. LGS jari-jemari harus dapat bekerja ekstra karena saat pembuatan terutama saat penyatuan komponen satu dengan lainnya memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. LGS yang dibutuhkan antara lain: flexion shoulder, abd shoulder, horizontal abd shoulder, horizontal add shoulder, flexion elbow and forearm, supination elbow and forearm, pronation elbow and forearm, flexion wrist, extention wrist, ulnar deviation wrist, radial deviation wrist, CM flexion, IP flexion, MCP digit 2-5 flexion, PIP 2-5 flexion, DIP 2-5 flexion.
          Sendi membantu pergerakan antar tulang. Sendi yang mengalami kelainan maka akan menurunkan LGS dan akan berefek pada kesulitan dalam pergerakan. Sendi  yang digunakan antara lain extensor shoulder, flexor shoulder, flexor elbow, flexor Carpometa Carpal, Flexor Metacarpo Palangeal, Flexor Proximal İnter Phalang, Distal İnter Phalang, Radial Deviation.
          Saat membuat ini kita juga perlu koordinasi antara mata dengan tangan, fokus, kesabaran yang tinggi.
Kendala yang dihadapi pun tidak luput dari analisis, seperti kurangnya bahan baku lem tembak, saat membuat kita merasa bosan, kaki kesemutan, ngantuk, lama.
Nah dari semua itu kita sebagai mahasiswa OT harus sangat teliti dalam memberikan program leisure kepada pasien atau klien kita. Tidak asal buat rajuran, sulam, membatik, dll. Harus kita sesuaikan dengan apa yng dibutuhkan dan apa yang tidak pasien atau klien bisa.
Nah dari sekelumit tulisan ini semoga bisa  sedikit menginspirasi kita bahwa dalam melakukan hal yang kecil butuh banyak komponen yang kita perlukan. Maka dari itu tetap selalu bersyukur kepada Sang Pencipta yang telah menciptakan kita sedemikian rupa.
Alhamdulillah hirobil alamin.

[IDVolunteering] Secarik Cerita Dari AROMAN1SKA

Oleh: Muhamad Ibrahim
Waktu terus berlalu namun kenangan indah bersama para pengurus OSIS MAN 1 Surakarta akan selalu membekas di hati. Hampir dua tahun saya menjadi sukarelawan untuk bertugas pada salah satu organisasi intra di sekolah saya itu. Awal kisah ini dimulai saat saya melaksanakan salah satu program kerja kerja tahunan kami, yakni Aksi Romadhon OSIS MAN 1 Surakarta atau biasa disingkat AROMAN1SKA pada tanggal 4-8 Juli 2015. Salah satu program kerja yang bertujuan sosial untuk membantu masyarakat kurang mampu di desa yang bisa dikatakan terpencil saat bulan Ramadhan. Ketika itu kami menyelenggarakan program ini di desa Beran daerah pinggiran Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Awalnya kami kesulitan dalam hal perizinan karena beberapa oknum yang hanya ingin mengambil keuntungan sendiri. Namun tekat kami sudah bulat untuk membantu warga desa ini. Kami terus melobi pengurus desa dan tokoh masyarakat agar kami dapat menyelenggarakan program ini di desa mereka. Ketika hari terakhir, kami menyambangi rumah salah satu tokoh masyarakat untuk menanyakan kepastian perizinan tersebut. Saya dan teman-teman terkejut setelah medapat kabar bahwa warga desa mengetahui oknum yang mempersulit izin kami dan oknum tersebut dikucilkan dari masyarakat. Setelah berlarut-larut akhirnya kami mendapatkan izin dari warga desa.
Banyak warga desa menawari bantuan kepada kami, mulai dari tempat untuk menginap, tempat memasak, bantuan tenaga, penyewaan kajang, dll. Waktu itu kami diperbolehkan menempati salah satu ruang kelas belajar siswa madrasah ibtidaiyah untuk dijadikan base camp panitia laki-laki. Kami juga mendapat bantuan dari warga desa yang rela dua rumahnya dijadikan base camp untuk panitia perempuan.
Hari pertama kami membuka stand bazar yang menjual sembako, baju, celana, sandal, buku tulis dan makanan ringan dengan harga murah. Dari pagi hingga sore hari area bazar kami tidak pernah sepi dari lalu-lalang masyarakat. Saya selalu ingat bahwa warga desa tidak lepas dari senyuman dan ucapan terima kasih yang terus-menerus mereka pancarkan dari wajah merka. Tak ayal membuat kami semangat untuk terus menahan hawa nafsu hingga adzan maghrib berkumandang.
Hari pertama, kedua, ketiga kami lalui. Acara penyuluhan kesehatan, pengobatan gratis, pembagian bantuan sembako gratis dan bazar juga telah kami laksanakan. Ketika itu saat kami sedang berjalan menuju base camp, kami melihat nenek-nenek usia sekitar tujuh puluh tahun yang berjalan tanpa alas kaki dengan membawa keranjang di tangannya menawarkan makanan hasil buatanya sendiri. Kami sedikit iba dengan nenek itu karena baju yang ia pakai tidak layak pakai dan ia tidak memakai alas kaki saat terik menerpa jalan yang kami lewati. Lantas kami langsung bertanya kepada beliau dengan bahasa Jawa karena beliau tersebut tidak bisa berbahasa Indonesia. Kami juga berbicara dengan beliau sedikit agak keras karena nenek tersebut ternyata mengalami gangguan pendengaran.
Setelah sedikit berbicara dengan nenek tersebut, ternyata ia menjual gorengan dengan harga yang menurut kami tidak layak untuk makanan tersebut. Bayangkan saja tempe mendoan yang biasanya dijual di pinggir jalan dengan harga lima ratus rupiah, nenek tersebut hanya menjual dua ratus rupiah. Hal tersebut juga berlaku untuk bakwan dan tahu isi. Setelah mendengar jawaban nenek tersebut hati kami langsung tersentuh dan mata kami sedikit berkaca-kaca. Saya dan teman-teman saya langsung membeli gorengan nenek tersebut. Beliau mengucapkan banyak terima kasih kepada kami.
Setelah itu kami berbincang-bincang dengan nenek tersebut mengapa ia hanya menjual gorengan dengan harga murah. Nenek tersebut menjawab kepada kami “karena kalau nenek menjual lebih mahal maka dagangan nenek itu tidak akan laku nak”. Setelah beberapa menit nenek itu berpamitan kepada kami untuk pulang ke rumah. Sebelum nenek itu pergi kami selaku tamu di desa ini memberikan beberapa rupiah kepada nenek tersebut. Namun beliau bersikeras menolak pemberian kami namun setelah kami paksa dengan susah payah nenek tersebut menerimanya dengan puluhan kata terima kasih. Setelah itu gorengan kami santap sebagai teman makan kami saat buka puasa tiba.
Malam terakhir kami isi dengan acara pengajian akbar di pelataran Masjid Darul Muttaqin. Perwakilan warga satu persatu mengutarakan isi hati mereka dengan mengucap banyak terima kasih kepada kami yang telah menyelenggarakan program seperti ini yang baru pertama kali dilaksanakan di desa mereka. “Program seperti ini sangat membantu sekali bagi kami. Harapan kami tahun depan mohon dilaksanakan di desa kami lagi.” ujar ibu kepala desa Beran. Pengajian berjalan dengan hikmat hingga hampir tangah malam warga desa masih setia sampai acara selesai.
Keesokan hari kami berpamitan kepada sesepuh desa, perangkat desa dan seluruh warga desa Beran, Donoyudan, Sragen untuk kembali ke rumah kami masing-masing. Seluruh warga desa berterima kasih dan mendoakan kami agar menjadi pribadi yang sholeh dan sholehah, berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Kami satu persatu bersalaman kepada tamu yang hadir dan meninggalkan desa tersebut dengan berbagai cerita dan hikmah.

Cerita Jadi Delegasi Indonesia di Event Southeast Asia Leaders Summit (SEALS) 2017 II

          Acara berlangsung selama 4 hari 3 malam. Tempat menginap kami di komplek LPMP Jakarta. Tempat acara berbeda-beda, mulai dari di LPMP sampai komplek MPR RI. Saat tiba di penginapan sangat disayangkan karena peserta awal yang datang dijadikan satu, padahal peserta yang datang awal berasal dari Jawa Tengah, jadi ya tidak ada interaksi dengan english. wkwkk. Padahal niatan pengen nyoba ngobrol pake inggris. Untungnya, peserta yang awal juga ada dari Bangladesh, jadi dapat sedikit terobati deh mulut ini pengen ngoceh inggris.
         Kadang juga agak repot karena saya dari Jurusan Okupasi Terapi yang masih asing bagi masyarakat luas. Saya mesti menjelaskan kepada mereka dengan sesimpel mungkin sehingga mereka paham walau saya tidak tahu juga mereka paham atau tidak. wkwkwk... Tapi dari pantauan saya mereka juga belum paham-paham banget karena memang tidak ada gambaran yang spesifik walau saya sudah ngoceh 5 menit. Tapi saya bersyukur mereka mau bertanya dan mencoba memahami. Semoga kedepan Jurusan Okupasi Terapi semakin dikenal oleh masyarakat luas.
          Selama acara berlangsung saya dapati pembicara yang biasa sampai yang high class. semua pembicara juga pandai dalam berbahasa inggris. membuat saya bersemangat untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya. Saya juga mendapat teman luar negeri saya pertama yang face to face ya bukan onlinean. hehehe. Namanya kak Shima dari Sudan, kemudian ada kak Negina dari Afghanistan, Kak Kamila dari Thailand, dan masih banyak lagi. Mereka sangat friendly walau saya dengan mereka beda umur, tuaan sana dikit. Tapi disitulah saya diuji, English is everywhere. Lidah Jowo ngobrol pake inggris, ya kesleo-kesleo juga akhirnya. Tapi saya banyak mendapat ilmu dari mereka juga selain dari pembicara yang ada.
          Saya dapat inspirasi dari salah satu pembicara, yakni Imam Bashar Arafat. Dia adalah CEO dari Civilization Exchange and Coorporate Foundation. Beliau berpesan kepada kami untuk selalu bertaqwa kepada Tuhan YME dan pelajarilah bahasa inggris karena bahasa global yang akan menghantarkan kalian pada dunia. Hal ini dibuktikan dengan salah satu pembicara dari Vietnam, kak Nguyen Thi Huong Lien seorang CEO Lady Biker. Walau rupa dan penampilan mirip orang Indonesia dan pesan-pesan yang ia sampaikan biasa bagi saya karena sudah banyak figur di indonesia yang telah menyampaikan terlebih dahulu tapi ia bisa berbahasa inggris yang menghantarkan ia pada acara-acara internasional yang cukup bergengsi. Konsumen dari perusahaannya juga mayoritas bule yang mau berwisata ke Vietnam.
            Masih banyak teman dan pembicara yang inspiratif namun semua itu penyemangat bagi saya untuk meraih mimpi. Rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya juga saya ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu saya untuk keikutsertaan event internasional pertama saya.
terima kasih sobat.

Cerita Jadi Delegasi Indonesia di Event Southeast Asia Leaders Summit (SEALS) 2017 I

          Cerita ini dimulai ketika saya dapat info dari teman saya tentang pembukaan pendaftaran event internasional Southeast Asia Leaders Summit (SEALS) 2017 di Jakarta. Ada keinginan ikut event tersebut setelah terakhir saya ikut event nasional Indonesia Student Leadership Camp IV di Universitas Indonesia. Namun, saya urungkan karena menimbang biaya yang harus dikelurakan lumayan besar dan banyaknya tugas kampus.
          Waktupun berlalu, kemudian saya mulai melirik lagi event tersebut karena hati nurani saya menujukkan pengen ikut. hehehe. Registrasi pun gratis, Saya coba-coba mendaftar. Hitung-hitung pengen mengukur kualitas esai saya. Kebetulan salah satu syarat suruh buat esai. Saya pikir jika lolos Alhamdulillah, Jika tidak, ya tidak apa-apa toh gratis. wkwkwk.
          Tibalah hari pengumuman. Saya buka hp dan lihat di medsos The IDE. Dan... ternyata saya lolos seleksi administrasi menyingkirkan 700 lebih pendaftar. Saya pun mulai memikirkan lagi apakah saya lanjut atau tidak. Hati saya malah lebih condong untuk melanjutkan. Kemudian saya mulai mencari dukungan dana ke kampus. Sudah bolak-balik ke orang sini dan orang sana namun nihil hasilnya. Ada rasa kecewa yang menyelimti diri saya. Namun apa daya saya harus mengurungkan niat. Saya menghubungi panitia juga saya mengundurukan diri menjadi delegasi. Dan yah,.. rasanya nano-nano.
          Ketika mendekati hari H pelaksanaan SEALS pengumuman best essay diumumkan. Jeng-jeng... saya ada di urutan 17 dari 20nd best essay. Gak nyangka esai saya bakal kayak gitu kejadiannya. Tanpa ragu saya hubungi Bu Ninik selaku Kaprodi D3 Okupasi Terapi, Poltekkes Kemenkes Surakarta. Alhamdulillah dari situ saya sedikit curhat soal SEALS ke Bu Ninik. Setelah itu hubungi sana-sini, akhirnya saya dapat kembali menjadi delegasi setelah saya membatalkan waktu itu. Tak berapa lama Bu Ninik langsung membagikan pengumuman tadi di grup dosen Poltekkes Kemenkes Surakarta dan booming di kalangan dosen. Tak lupa Bu Ninik juga membagikan pengumuman ke grup alumni beliau. Selang beberapa jam saja langsung ada lamuni yang mensupport saya dengan memberikan dukungan akomodasi ketika itu juga. Alumni Okupasi Terapi tersebut bernama Pak Sholeh. Pak Soleh orang yang baik dan mempunyai pandangan kedepan dan yah saya sampai sekarang berteman dengan beliau dan sesekali bertukar informasi. hehehee.. Salut buat Pak Sholeh.
          Kemudian untuk biaya transpot Bu Ninik juga mengusahakan dari kampus. Saya sampai dipertemukan dengan sekjur dan disambungkan ke bagian akademik kampus pusat namun gagal. Akhirnya Bu Ninik tidak kehilangan cara. Ia pun menggalang dukungan ke dosen okupasi terapi dan alhamdulillah dapat mencukupi untuk biaya transpot. Saya sebenarnya juga merasa tidak enak dengan apa yang dilakukan Bu Ninik tersebut namun saya terus diyakinkan oleh Bu Ninik untuk mengikuti event tersebut. Saya pun mengiyakan dan saya harus bersemangat karena saya membawa almamater Jurusan Okupasi Terapi, Poltekkes Kemenkes Surakarta tercinta ke event internasional.
           Sebuah pengalaman tak ternilai bertemu pemuda yang keren-keren dan tentunya memiliki wawasan yang luas dari dalam maupun luar negeri. Pemikiran mereka pada "ngewri-ngewri" kritis, tajam, sangat peduli dengan isu-isu nasional maupun global dan tentunya pake bahasa inggris. Hal tersebut dapat mengupgrade english skill saya dan menambah ilmu tentunya.

Pengalaman Mendaftar Poltekkes Kemenkes Surakarta 2016

Malam sobat. Malam ini saya akan bercerita ketika saya mendaftar Poltekkes Kemenkes surakarta.
Sejujurnya saya waktu itu tidak terlalu suka dengan jurusan kesehatan. Karena materi yang dihafal buanyak banget dan saat SMA tidak ada bayangan sama sekali ke jurusan kesehatan.
          Setelah lulus SMA saya bingung kemana saya akan melanjutkan belajar. Maklum, dulu masih banyak impian yang ingin diraih tapi tidak tahu jalan yang akan menghantarkan. Ditambah saya dulu juga tidak bisa ikut SNMPTN dikarenakan tidak lolos seleksi paralel sekolah. Beberapa Perguruan Tinggi Negeri/ PTN saya daftari, mulai dari PKN STAN, IAIN Surakarta, UIN Surakarta, hingga Poltekkes Surakarta. Dan saya tidak daftar SBMPTN, sakit hati udah gak lolos SNMPTN.
          Singkat cerita saya disarankan orang tua saya ke Poltekkes Surakarta. Mengingat dekatnya jarak kampus dengan rumah dan peluang kerja lebih besar. Waktu itu saya iyakan karena saya sudah lolos di sebuah PTN.. Iseng-iseng saya daftar sendiri dengan mengikuti langkah-langkah yang telah diinformasikan oleh panitia seleksi. Awalnya saya daftar lewat jalur Penelusuran Minat Dan Prestasi/ PMDP. Pilihan pertama saya jatuh pada Jurusan Jamu. Hah.... jamu? serius?. Iya serius saya, dulu ada kenalan dari poltekkes dan dia jurusannya jamu, jadi saya kepoin dia dan tertariklah saya pada jurusan tersebut.
          Saya lengkapi berkas dan isian online, waktu pengumuman tiba, ternyata saya lolos. Setelah saya tahu saya lolos saya senang bercampur bingung. Senang karena ketrima, bingung karena saya juga sudah lolos di PTN lain. Akhirnya saya memilih Poltekkes Kemenkes Surakarta dan merelakan PTN awal tadi.
Masih ada tahapan tes lagi sebelum betul-betul diterima di poltekkes. Yakni tes kesehatan. Tes kesehatannya waktu itu: tinggi badan, berat badan, tes mata, tes buta warna, tensi, tes darah, tes dokter, dan tes urin. Berhubung tes kesehatan waktu itu jalur PMDP tidak banyak antrian, tes berjalan dengan lancar dan cepat.
Menunggu pengumuman tes kesehatan tidak terlalu lama. Selang beberapa hari pengumuman dapat dilihat secara online. Saya pun lolos lagi, Alhamdulillah.
          Langkah selanjutnya tinggal membayar biaya UKT/SPP, PPS/ospek, dan seragam. Untuk pembayaran kita mau atau tidak mau harus membayarnya. Diberi waktu hanya seminggu. Kecuali yang biaya PPS, dapat kelonggaran pembayaran lebih lama.
          Waktu itu saya baru sempat membayar biaya UKT, orang tua suruh saya ikut lagi jalur uji tulis untuk ke Jurusan Okupasi Terapi. Saya menolak sebetulnya karena saya gak mau lagi belajar untuk pesiapannya. Namun karena diberi informasi sekilas tentang Jurusan Okupasi Terapi dari orang tua akhirnya saya iyakan. Seminggu sebelum penutupan jalur uji tulis Poltekkes Kemenkes Surakarta saya mendaftarakan diri dengan memilih Jurusan OkupasiTerapi. Dengan waktu yang begitu mepet tidak memungkinkan saya untuk belajar. Tes pun saya hanya mengandalkan sisa-sisa belajar materi UN yang masih samar-samar lupa di otak saya. Wkwkwkkk...
          Waktu pengumuman tiba dan saya cek di web sipenmaru poltekkes ternyata saya lolos. saya senang sekali karena mungkin ini jalan saya yang ditakdirkan oleh Sang Kholiq. Pasalnya saat saya uji tulis di salah satu PTN saya tidak lolos. Padahal sudah saya niatkan untuk belajar siang dan malam. Tapi kalau bukan takdirnya ya tidak akan bisa masuk.
          Lanjut tes kesehatan, saat jalur uji tulis, tes kesehatan diselenggarakan waktu Bulan Ramadhan dan pengalaman banget karena ditusuk jarum lagi, jadi dua kali ditusuk jarum. Strong banget dah... Yang diteskan pun sama seperti saat jalur PMDP. Bedanya jalur uji tulis, tes kesehatannya pesertanya membludak. banyak calon mahasiswa yang ikut tes kesehatan. Bahkan waktu itu sampai antri 2 jam lebih. Ngoyot di sana.
           Pengumuman tes kesehatan sama juga seperti jalur PMDP beberapa hari dan dapat dilihat secara online. Saya cek pengumuman milik saya sendiri dan Alhamdulillah saya lolos. Akhirnya di sini yang bikin bimbang banget. Antara lanjut jamu atau okupasi terapi. Soalnya di Jurusan Jamu saya sudah bayar UKT yang lumayan menguras kantong orang tua. Dengan saran orang tua akhirnya saya memilih Jurusan Okupasi Terapi.
          Setelah bayar biaya UKT, seragam dan PPS berakhirnya masa pusing milih kuliah kemana. Tinggal menunggu tanggal masuk pertama untuk PPS.
Dan sampai jumpa di Jurusan Okupasi Terapi. :D