Showing posts with label okupasiterapi. Show all posts
Showing posts with label okupasiterapi. Show all posts

Cara menentukan Tujuan Jangka Panjang/Long Term Goals (LTG) dan Tujuan Jangka Pendek/Short Term Goals (STG) Dalam Okupasi Terapi


(Sumber Gambar: glasscubes.com)

          Tujuan Jangka Panjang/Long Term Goals (LTG) adalah tujuan utama yang akan dicapai oleh terapis dalam proses terapi. Sedangkan Tujuan Jangka Pendek/Short Term Goals (STG) adalah tujuan yang mendukung agar tercapainya tujuan utama dari proses terapi. STG biasanya lebih banyak dari LTG.
           LTG dan STG dalam dunia Okupasi Terapi (OT) sangat penting. Dengan adanya LTG dan STG, terapis mempunyai target dalam proses terapinya. Pasien juga dapat melihat LTG dan STG dari terapis dan turut andil dalam menentukannya. Maka, terapis dan pasien harus berkolaborasi agar dapat mendapat hasil yang terbaik.
          Menentukan LTG dan STG tidak bisa dilakukan dengan seenaknya sendiri. Terapis haruslah menganalisis pasien dengan mempertimbangkan aset dan limitasi dari pasien itu sendiri. Penentuan LTG dan STG haruslah menggunakan prinsip Audience, Behavior, Condition, Degree atau yang bisa dikenal dengan ABCD.
Audience adalah siapa yang melakukan terapi tersebut. misalkan pasien, anak, klien, dan lain sebagainya.
Behavior adalah aktivitas yang dilakukan. misalkan aktivitas makan, menyikat gigi, menjual sayur, dan lain sebagainya.
Condition adalah keadaan pasien saat melakukan aktivitas tersebut. misalkan dengan bantuan minimal, dengan supervisi, dengan mandiri, dan lain sebagainya.
Degree adalah lama waktu untuk melakukan aktivitas. Biasanya menggunakan berapa kali sesi terapi. Misalkan dalam waktu 3 kali sesi terapi, dalam waktu 5 kali sesi terapi, dan lain sebagainya.

Jika ABCD sudah terpenuhi maka dapat membuat LTG dan STG.
Contoh LTG:
"Pasien dapat melakukan aktivitas mandi dengan mandiri dalam waktu 6 kali sesi terapi."

Contoh STG:
STG 1.
Pasien mampu mengenali alat dan fungsi alat mandi secara mandiri dalam waktu 2 kali sesi terapi.

STG 2.
Pasien mampu melaksanakan aktivitas mandi secara supervisi dalam waktu 2 kali sesi terapi.

STG 3.
Pasien mampu melaksanakan aktivitas mandi secara mandiri dalam waktu 2 kali sesi terapi.

Apa itu Okupasi Terapi?

           Jurusan Okupasi Terapi (OT) belum dikenal luas oleh masyarakat indonesia bahkan dunia. Terkadang masyarakat awam memahaminya sebagai jurusan tukang pijat karena ada kata terapi, namun hal tersebut tidak tepat. Mahasiswa yang baru masuk Jurusan Okupasi Terapi pun juga tidak tahu apa itu Okupasi Terapi. Tidak seperti saudaranya, Jurusan Fisioterapi lebih familiar dikalangan masyarakat. Hal ini dapat kita maklumi karena Jurusan Okupasi Terapi termasuk jurusan yang baru di Indonesi maupun di dunia. Pertama kali di Indonesia, didirikan pada tahun 1992 di Surakarta.

Definisi Okupasi Terapi
          "Terapi Okupasi adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada klien dengan kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang mempunyai gangguan pada kinerja okupasional, dengan menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang". (PERMENKES 76 Tahun 2014, Kementerian Kesehatan)
          Sedangkan menurut World Federation of Occupational Therapy mendefinisikan Okupasi Terapi adalah disiplin ilmu kesehatan yang memberikan terapi okupasi pada individu yang mengalami kecacatan fisik dan mental yang bersifat sementara atau menetap.

Area kinerja Okupasi Terapi
          OT memiliki tiga area kinerja, yakni:
1. Produktivitas/Productivity yang meliputi pengelolaan rumah tangga, sekolah, mengajar, dan lain-lain.
2. Aktivitas sehari-hari/Activity Daily Living (ADL) yang meliputi makan/feeding, mandi/bathing, berhias diri/grooming, dan lain-lain.
3. Pemanfaatan waktu luang/Leisure yang meliputi bermain, menonton film, olahraga, membaca novel, dan lain-lain.

Komponen Area Okupasi Terapi
          OT juga memiliki komponen untuk mendukung kinerjanya. Ada beberapa komponen yakni kognitif, motorik, sensorik, dan afektif.

Penyelenggara pendidikan Okupasi Terapi
          Di Indonesia, penyelenggara pendidikan Okupasi Terapi hanya ada dua, yakni di Poltekkes Kemenkes Surakarta dan UI Vokasi. Hingga saat ini Poltekkes Kemenkes Surakarta membuka dua program studi, yaitu Diploma 3/D-III dan Diploma 4/D-IV. Sementara di UI Vokasi hanya membuka satu program studi, yaitu Diploma 3/D-III.

Peluang Kerja Okupasi Terapi
          Tidak dipungkiri, sebagian mahasiswa memilih jurusan kuliah karena prospek kerja dari lulusan tersebut. Jurusan Okupasi Terapi memiliki prospek kerja yang sangat menjanjikan. Lulusan OT 100% terserap lapangan kerja. Lulusan OT dapat bekerja di Rumah Sakit(RS), Rumah Sakit Jiwa(RSJ), klinik, institusi pendidikan, institusi pemerintahan, yayasan, pusat rehabilitasi, dan lain-lain.

Daftar Pustaka
          Aro, Septo Pawelas., P., Priyadi Nugraha., dan Yuliastuti, Tri. 2009. Hubungan Antara Persepsi Kualitas Pelayanan Dengan Minat Kunjungan Ulang Pasien Rawat Jalan Okupasi Terapi RS Ortopedi dr. R. Soeharso Surakarta. Surakarta: Media Kesehatan Masyarakat Indones., Vol. 9,No. 1, April 2010

Referensi

http://ioti.or.id/ (Dilihat pada Hari Jumat, 7 Juli 2017, pukul 20.30 WIB)
http://news.okezone.com/read/2015/01/02/65/1087010/prodi-okupasi-terapi-mampu-hasilkan-lulusan-jutawan (Dilihat pada Hari Jumat, 7 Juli 2017, pukul 23.05 WIB)
http://poltekkes-solo.ac.id/index.php?option=com_content&view=category&id=37&Itemid=70 (Dilihat pada Hari Jumat, 7 Juli 2017, pukul 23.20 WIB)
http://www.ui.ac.id/akademik/program-vokasi/okupasi-terapi.html (Dilihat pada Hari Jumat, 7 Juli 2017, pukul 23.26 WIB)
https://smartforchildren.wordpress.com/ (Diakses pada Hari Jumat, 7 Juli 2017, pukul 23.40 WIB)

Apa Itu Okupasi Terapi?

    Jurusan Okupasi Terapi (OT) belum dikenal luas oleh masyarakat indonesia bahkan dunia. Terkadang masyarakat awam memahaminya sebagai jurusan tukang pijat karena ada kata terapi, namun hal tersebut tidak tepat. Mahasiswa yang baru masuk Jurusan Okupasi Terapi pun juga tidak tahu apa itu Okupasi Terapi. Tidak seperti saudaranya, Jurusan Fisioterapi lebih familiar dikalangan masyarakat. Hal ini dapat kita maklumi karena Jurusan Okupasi Terapi termasuk jurusan yang baru di Indonesi maupun di dunia. Pertama kali di Indonesia, didirikan pada tahun 1992 di Surakarta.

 

Definisi Okupasi Terapi

          "Terapi Okupasi adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada klien dengan kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang mempunyai gangguan pada kinerja okupasional, dengan menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang". (PERMENKES 76 Tahun 2014, Kementerian Kesehatan)
          Sedangkan menurut World Federation of Occupational Therapy mendefinisikan Okupasi Terapi adalah disiplin ilmu kesehatan yang memberikan terapi okupasi pada individu yang mengalami kecacatan fisik dan mental yang bersifat sementara atau menetap.

Area kinerja Okupasi Terapi
          OT memiliki tiga area kinerja, yakni:
1. Produktivitas/Productivity yang meliputi pengelolaan rumah tangga, sekolah, mengajar, dan lain-lain.
2. Aktivitas sehari-hari/Activity Daily Living (ADL) yang meliputi makan/feeding, mandi/bathing, berhias diri/grooming, dan lain-lain.
3. Pemanfaatan waktu luang/Leisure yang meliputi bermain, menonton film, olahraga, membaca novel, dan lain-lain.

Komponen Area Okupasi Terapi
          OT juga memiliki komponen untuk mendukung kinerjanya. Ada beberapa komponen yakni kognitif, motorik, sensorik, dan afektif.

Penyelenggara pendidikan Okupasi Terapi
          Di Indonesia, penyelenggara pendidikan Okupasi Terapi hanya ada dua, yakni di Poltekkes Kemenkes Surakarta dan UI Vokasi. Hingga saat ini Poltekkes Kemenkes Surakarta membuka dua program studi, yaitu Diploma 3/D-III dan Diploma 4/D-IV. Sementara di UI Vokasi hanya membuka satu program studi, yaitu Diploma 3/D-III.

Peluang Kerja Okupasi Terapi
          Tidak dipungkiri, sebagian mahasiswa memilih jurusan kuliah karena prospek kerja dari lulusan tersebut. Jurusan Okupasi Terapi memiliki prospek kerja yang sangat menjanjikan. Lulusan OT 100% terserap lapangan kerja. Lulusan OT dapat bekerja di Rumah Sakit(RS), Rumah Sakit Jiwa(RSJ), klinik, institusi pendidikan, institusi pemerintahan, yayasan, pusat rehabilitasi, dan lain-lain.

 

Daftar Pustaka

Aro, Septo Pawelas., P., Priyadi Nugraha., dan Yuliastuti, Tri. 2009. Hubungan Antara Persepsi Kualitas Pelayanan Dengan Minat Kunjungan Ulang Pasien Rawat Jalan Okupasi Terapi RS Ortopedi dr. R. Soeharso Surakarta. Surakarta: Media Kesehatan Masyarakat Indones., Vol. 9,No. 1, April 2010

 

Referensi

http://ioti.or.id/ (Dilihat pada Hari Jumat, 7 Juli 2017, pukul 20.30 WIB)

http://news.okezone.com/read/2015/01/02/65/1087010/prodi-okupasi-terapi-mampu-hasilkan-lulusan-jutawan (Dilihat pada Hari Jumat, 7 Juli 2017, pukul 23.05 WIB)

http://poltekkes-solo.ac.id/index.php?option=com_content&view=category&id=37&Itemid=70 (Dilihat pada Hari Jumat, 7 Juli 2017, pukul 23.20 WIB)

http://www.ui.ac.id/akademik/program-vokasi/okupasi-terapi.html (Dilihat pada Hari Jumat, 7 Juli 2017, pukul 23.26 WIB)

https://smartforchildren.wordpress.com/ (Diakses pada Hari Jumat, 7 Juli 2017, pukul 23.40 WIB)

Occupational Therapy Performance (Leisire Project): Membuat Replika Bangunan

Oleh: Muhamad Ibrahim

            Gak kebayang kan anak kesehatan bikin kayak ginian?. Apa coba hubungannya buat kayak gitu sama kesehatan. Nah, jurusan saya adalah okupasi terapi yang notabene memiliki tiga komponen performan atau biasa kami kenal sebagai occupational therapy performance. Yang pertama adalah Activity Daily Living atau Aktivitas keseharian. Berkutat pada bagaimana sesorang melakukan perawatan dirinya sendiri. Misalkan makan, mandi, memotong kuku, dll. Yang kedua adalah Productivity atau produktivitas. Berkutat pada profesi seseorang yang menimbulkan produktivitas. Misalkan guru yang sedang mengajar, mahasiswa yang menuntut ilmu, pengusaha yang sedang menandatangani surat penting, dll. Dan yang terakhir adalah Leisure. Berkutat pada pemanfaatan waktu luang. Misalkan membuat kerajinan sulam, bantal, membaca Al Quran, dll.

          Nah foto yang saya share kali ini adalah salah satu tugas leisure. Kelompok kami hanya ada dua orang, saya dan partner saya Silvia Mega Putri. Kami memilih membuat miniatur bangunan dari lem tembak. Bangunannya sih rencana awal ingin seperti İzmir Clock Tower atau İzmir Saat Kulesi. Tapi apadaya deadline menghimpit H-1 baru dibuat dan selesai sore hari, jadinya yang bagian atas dibuat atap segitiga meruncing. Belum lagi analisis apendix A belum diisi membuat kami terkhusus saya jadi stres (eits... sebetulnya leisure itu menghilangkan stres tapi ini cuman tugas kuliah ya, jangan salah sangka dulu).
           Nah berhubunh kami mahasiswa kesehatan. Kami menekankan pada analisis proses pembuatan barang tersebut. Saat kita membuat miniatur bangunan ini kita menganalisis otot apa yang bekerja, sendi apa yang dipakai, kemampuan apa saja yang dipakai, dari mulai analisis proses, motorik, hingga lingkungan. Semua dianalisis sampai detail.
            Otot digunakan untuk menggerakkan tulang dan sendi. Kekuatan otot ekstremitas atas yang dibutuhkan berniali 4 hingga 5  yang berarti area tangan dapat bergerak dan dapat menahan beban dari alat lem tembak serta dapat memberi tekanan pada pelatuk lem tembak. Otot yang digunakan saat membuat miniatur bangunan antara lain biseps brachii, triceps brachii, brachialis, radiobrachialis, supinator, pronator teres, pronator quadratus, flexor digitorum profundus, flexor digitorum superficialis, flexor digitiminimi, lumbricales, flexor carpi radialis, flexor carpi ulnaris, palmaris longus, flexor pollicis longus, flexor pollicis brevis, adductor pollicis.
          Lingkup Gerak Sendi (LGS) memiliki peran yang tidak kalah penting. karena saat pembuatan miniatur membutuhkan keluesan gerak, terutama jari jemari. LGS jari-jemari harus dapat bekerja ekstra karena saat pembuatan terutama saat penyatuan komponen satu dengan lainnya memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. LGS yang dibutuhkan antara lain: flexion shoulder, abd shoulder, horizontal abd shoulder, horizontal add shoulder, flexion elbow and forearm, supination elbow and forearm, pronation elbow and forearm, flexion wrist, extention wrist, ulnar deviation wrist, radial deviation wrist, CM flexion, IP flexion, MCP digit 2-5 flexion, PIP 2-5 flexion, DIP 2-5 flexion.
          Sendi membantu pergerakan antar tulang. Sendi yang mengalami kelainan maka akan menurunkan LGS dan akan berefek pada kesulitan dalam pergerakan. Sendi  yang digunakan antara lain extensor shoulder, flexor shoulder, flexor elbow, flexor Carpometa Carpal, Flexor Metacarpo Palangeal, Flexor Proximal İnter Phalang, Distal İnter Phalang, Radial Deviation.
          Saat membuat ini kita juga perlu koordinasi antara mata dengan tangan, fokus, kesabaran yang tinggi.
Kendala yang dihadapi pun tidak luput dari analisis, seperti kurangnya bahan baku lem tembak, saat membuat kita merasa bosan, kaki kesemutan, ngantuk, lama.
Nah dari semua itu kita sebagai mahasiswa OT harus sangat teliti dalam memberikan program leisure kepada pasien atau klien kita. Tidak asal buat rajuran, sulam, membatik, dll. Harus kita sesuaikan dengan apa yng dibutuhkan dan apa yang tidak pasien atau klien bisa.
Nah dari sekelumit tulisan ini semoga bisa  sedikit menginspirasi kita bahwa dalam melakukan hal yang kecil butuh banyak komponen yang kita perlukan. Maka dari itu tetap selalu bersyukur kepada Sang Pencipta yang telah menciptakan kita sedemikian rupa.
Alhamdulillah hirobil alamin.

47 TAHUN HAMBATAN OKUPASI TERAPI MEMANDIRIKAN NEGERI

Oleh: Muhamad Ibrahim
              (Gambar 1: Okupasi Terapis sedang menerapi klien dengan bantuan bola.)
Terapi Okupasi adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada klien dengan kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang mempunyai gangguan pada kinerja okupasional, dengan menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang.  (PERMENKES 76 Tahun 2014 Kementerian Kesehatan)
Okupasi terapi adalah profesi kesehatan yang berkonsentrasi pada client-centered dengan promosi kesehatan dan sehat yang sesungguhnya melalui okupasi. Tujuan utama okupasi terapi adalah memungkinkan orang untuk berpartisipasi di dalam aktivitas sehari-hari. Okupasi terapi mencapai hasil oleh pekerjaan dengan orang dan komunitas untuk menambah kemampuan untuk keikutsertaan di dalam keinginannya, kebutuhan, atau harapan untuk melakukan, atau dengan memodifikasi pekerjaan atau lingkungan untuk dukungan yang lebih baik melakukan pekerjaannya. (World Federation of Occupational Therapist 2012)
Okupasi terapi sangat asing di kalangan masyarakat Indonesia. Okupasi terapi masuk ke Indonesia tahun 1970 yang dipelopori oleh dua orang yakni, Bapak Harry Siahaan yang lulus dari Selandia Baru dan Bapak Joko Susetyo yang lulus dari Australia. Pada tahun 1989, empat orang dosen dari Akademi Fisioterapi Surakarta dikirim ke Universitas Alberta, Kanada untuk meraih Sarjana Okupasi Terapi dengan dibiayai The Canadian International Developmental Agency. Mereka adalah Tri Budi Santoso, Bambang Kuncoro, Dedy Suhandi, dan Khomarun. Setelah meraih gelar sarjana Pada tahun 1994, Akademi Okupasi Terapi Indonesia berdiri yang dipelopori oleh ke empat dosen tersebut. Difasilitasi oleh Departemen kesehatan RI, CIDA dan University of Alberta dengan bantuan konsultan Professor Sharon Brintnel yang menjadi Presiden WFOT atau World Federation of Occupational Therapists tahun 2008 sampai 2014.
Program okupasi terapi kedua didirikan di Jakarta pada tahun 1997 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tetapi saat ini bergabung dengan Program Vokasi Universitas Indonesia Depok. Saat ini Akademi Okupasi Terapi Surakarta bergabung dengan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta dibawah naungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pada tahun 2000, jurusan okupasi terapi Poltekkes Kemenkes Surakarta disetujui oleh World Federation of Occupational Therapist (WFOT).
Okupasi terapi belum dikenal masyarakat secara luas namun jasa yang dibutuhkan besar. Jasa yang besar tersebut belum diimbangi dengan terapis yang dicetak oleh perguruan tinggi di Indonesia. Peran okupasi sangat penting bangi kesehatan masyarakat Indonesia guna meciptakan bangsa yang sehat. Dari rekam jejak sejarah okupasi terapi di Indonesia bantuan dari luar negeri sangatlah besar dan hampir dominan.
Pemerintah sepertinya belum memberi porsi yang seimbang guna memajukan okupasi terapi di Indonesia. Seperti pengiriman empat dosen untuk belajar okupasi terapi di universitas alberta, kanada yang didanai dari The Canadian International Developmental Agency. Dua staf pengajar poltekkes kemenkes surakarta Bapak Bambang Kuncoro dan Bapak Khomarun diundang ke Jepang untuk meningkatkan pengalaman klinis di beberapa rumah sakit di Jepang selama tiga bulan. Proyek ini didanai oleh Japan International Cooperation Agency (JIMTEF). Belum dilegalkannya ikatan mahasiswa okupasi terapi Indonesia (IMOTI) membuat mahasiswa yang ikut organisasi tersebut kesulitah untuk memajukan okupasi terapi di Indonesia.
Bertambahnya jumlah penduduk Indonesia disertai bonus demografi di tahun 2045 membuat okupasi terapi perlu untuk didukung kemajuannya. Tenaga okupasi terapis perlu disebarluaskan di luar Pulau Jawa. Mengingat kebanyakan layanan okupasi terapi berada di Pulau Jawa. Pemerintah sebagai pengelola negara melalui Kementerian Kesehatan sebagai pengelola kesehatan di Indonesia perlu untuk mengirim lebih banyak putra putri terbaik bangsa ke luar negeri. Pengiriman ke luar negeri dimaksudkan untuk tugas belajar. Sekembalinya ke tanah air diharapkan putra dan putri Indonesia dapat meningkatkan mutu, kompetensi serta profesionalisme dibidang okupasi terapi.
Menuntut ilmu membutuhkan dana besar terlebih di jurusan kesehatan. Mahasiswa jurusan kesehatan terkhusus Okupasi Terapi Poltekkes Kemenkes Surakarta memiliki masalah yang besar soal biaya kuliah. Biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) melambung tinggi namun kurangnya beasiswa yang disediakan untuk para mahasiswa dikampus membuat orang tua dan mahasiswa bekerja keras untuk menutupi biaya tersebut. Beasiswa di Poltekkes Kemenkes Surakarta hanya ada dua: beasiswa keluarga miskin yang hanya mendapat potongan lima puluh persen biaya UKT; dan beasiswa bagi tiga peraih Indeks Prestasi Komultif (IPK) terbaik se-jurusan okupasi terapi per tingkat. Untuk membantu memajukan okupasi terapi pemerintah perlu memberikan insentif kepada mahasiswa yang berprestasi dalam pelajaran maupun organisasi serta mahasiswa yang kurang mampu. Dikala perguruan tinggi lain banyak menawarkan beasiswa untuk para mahasiswa. Mahasiswa okupasi terapi harus bekerja keras untuk mendapatkan nilai IPK 3,00 sebagai komitmen jurusan okupasi terapi dalam menjamin mutu lulusan OT tanpa ada tawaran beasiswa dari Kementerian Kesehatan maupun dari luar kampus.

(Gambar 2: Salah satu alat untuk terapi klien)
Alat untuk praktik OT di laboratorium kampus sangat minim karena harga alat yang sangat mahal. Beberapa alat ada yang pemberian, produksi sendiri, dan ada yang membeli dari pasar. Alat untuk praktek sangatlah penting bagi kemajuan OT di Indonesia. Diharapkan pemeritah juga memberi perhatian pada kondisi dan ketersediaan alat praktek bagi mahasiswa OT.
Dengan segala permasalahan yang ada pemerintah diharapkan cepat dan tanggap untuk membenahi kesehatan di Indonesia terkhusus okupasi terapi. Dimasa mendatang bonus demografi haruslah menjadi keuntungan bagi bangsa dan Negara ini. Jangan sampai bonus demografi menjadi petaka. Peran okupasi terapi memandirikan klien agar dapat beraktivitas sehari-hari. Apabila okupasi terapi dapat memandirikan klien maka bangsa dan Negara dapat juga mandiri dan memiliki mutu kesehatan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wfot.org/
Diakses pada hari Kamis, 3 November 2016
http://info-okupasi-terapi.blogspot.co.id/2015/05/perkembangan-okupasi-terapi-di-indonesia.html
Diakses pada hari Kamis, 3 November 2016
http://autism-aware.info/joomla/bpk-tri-budi-santoso.html
Diakses pada hari Kamis, 3 November 2016
http://news.okezone.com/read/2015/01/02/65/1087010/prodi-okupasi-terapi-mampu-hasilkan-lulusan-jutawan
Diakses pada hari Sabtu, 5 November 2016
http://rachmaaprilia.blogspot.co.id/2013/03/apa-itu-terapi-okupasi-terapi-3.html
Diakses pada hari Sabtu, 5 November 2016

OKUPASI TERAPI PADA ERGONOMI BANGUNAN

Oleh: Muhamad Ibrahim

Definisi Okupasi Terapi
Terapi Okupasi adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada klien dengan kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang mempunyai gangguan pada kinerja okupasional, dengan menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang (PERMENKES 76, 2014).
Definisi Ergonomi
Ergonomi sebagai suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, keahlian dan keterbatasan manusia sehingga tercapai suatu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal (Adnyana Manuaba, 2000). Tujuan utama dari ergonomi adalah untuk mengoptimalkan fungsi sistem dengan beradaptasi dengan kapasitas dan kebutuhan manusia (Etienne Grandjean, 1988).
Okupasi Terapi pada Ergonomi Bangunan
(Gambar: Salah satu bangunan yang ergonomi untuk penyandang disabilitas) 
               Mengoptimalkan fungsi individu atau kelompok individu dengan mengadaptasi lingkungan di mana orang harus berinteraksi merupakan dasar untuk setiap praktisi okupasi terapis (AOTA, 2008). Okupasi terapi pada ergonomi sangat khas karena berhubungan dengan klien dengan lingkungan tempat ia tinggal, bekerja, dan melakukan aktivitas sehari-hari. Okupasi Terapi dalam hal ini mengintervensi bangunan tempat klien beraktivitas dengan memberikan tambahan alat bantu atau memodifikasi benda yang terdapat dalam bangunan tersebut agar klien dapat mandiri.

 
Rangkuman
               The occupational therapy in ergonomic is solution for client with building problem. Because client has some dysfunctions or disorders to adapt for environment, the goal is independent. The occupational therapist has intervention buildings which activity places with gives some help devices or modification things inside or around building.

Daftar Pustaka
diakses pada Senin, 27 Februari 2017 pukul 14.53
diakses pada Senin, 27 Februari 2017 pukul 15.16
diakses pada Senin, 27 Februari 2017 pukul 20.03
Daftar Gambar
diakses pada Senin, 27 Februari 2017 pukul 22.47