Showing posts with label opini. Show all posts
Showing posts with label opini. Show all posts

"Pemikiran Saya" Selasa, 8 Agustus 2017

Semakin hari teman-teman saya semakin banyak yang mulai memikirkan pekerjaan dan ingin dapat penghasilan sendiri.
Tapi mereka juga ingin tidak ada modal untuk memulai usaha mereka. Jadi cari cara bagaimana menghasilkan uang tapi tanpa modal.
Mulai deh searching di internet, cari yang dimau. Banyak yang menawarkan reseller atau dropships di sana. Kadang iklannya ada kalimat bisnis tanpa modal. Tapi tinjau lagi deh. Kita promosi produk mereka juga butuh internet dan sarana share (hp/pc). Toh juga butuh modal juga ternyata. Walau kita tidak merasakan dampak langsung.
Ada juga yang malah "kecantol" sama orang yang ngajakin yang katanya bisnis tanpa modal, gaji perhari 300 ribu, komisi, dan lain lain.
Sayangnya mereka yang lagi ingin mendapatkan penghasilan sendiri malah suruh bayar. Kan aneh?
Dengan segudang janji manis sepah dibuang. Setelah mereka ikut banyak yang langsung menawarkan ke teman-temannya. Dengan janji manis sepah dibuangnya tadi. Sama persis dan dapat ditandai modus-modusnya.
Jika tidak berhasil lambat laun mereka mulai merasakan dampaknya. Rasa mulai putus asa dan penyesalan menghampiri. Dan mereka memutuskan untuk berhenti karena dirasa tidak ada hasil.
Tapi yang berhasil malah bersemangat untuk mengajak teman-temannya. Lebih giat bersosialisasi untuk mengajak ikut bisnisnya. Dan teman-teman saya lagi-lagi terjerat perangkap mereka. Saya sebagai teman juga turut prihatin.
Saya berkali-kali ditawari untuk ikut bisnis mereka. Awalnya saya tertarik juga. Karena dilarang orang tua, saya tidak jadi ikut. Pernah "ngambek" sama orang tua karena tidak diperbolehkan ikut. Tapi kini saya mulai melihat betapa orang tua saya begitu mencintai saya dan menjaga saya. Saya jadi menyesal dulu pernah "ngambek" sama ibu bapak saya.
Dan beberapa kali juga ditawari bisnis serupa. Namun setelah saya pikir-pikir alasan orang tua saya ada benarnya juga. Hingga kini saya tidak ikut bisnis mereka. Dan malah saya sudah paham trik dan modus mereka.
Saya bersyukur mempunyai orang tua yang sangat mencintai saya dan menjaga saya.
Semoga teman-teman saya yang belum ikut bisnis serupa tidak usah ikut-ikutan atau tertarik. Mending usaha aja kecil-kecilan seperti jual makanan di kampus, jual snack kiloan, jual, dll. Turut melaksanakan cara Rosululloh mendapatkan penghasilan, yakni dengan berdagang.
Berterus terang dan meminta modal dulu ke orang tua tidak apa-apa. Nanti kalau sudah ada keuntungan tinggal dikembalikan. Tapi biasanya orang tua malah tidak ingin dikembalikan dan buat nambah modal usaha anaknya saja.
Just my think!

MEWUJUDKAN INDONESIA MANDIRI ALAT KESEHATAN

Oleh: Muhamad Ibrahim


          Akhir-akhir ini sering kita dengar mengenai kasus korupsi alat kesehatan (Alkes) di media masa. Banyak orang yang terkejut dengan berita tersebut. Karena jumlah uang yang dikorupsi cukup fantastis. Tidak berhenti pada itu saja, masih banyak permasalahan yang membuat publik tercengang dan menggelengkan kepala perihal alat kesehatan. Mulai dari Alkes yang tidak terstandar, ilegal, bekas, dan lain sebagainya.
          Keberadaan Alkes sangat dibutuhkan bagi pelayanan kesehatan disamping obat-obatan. mendiagnosis dan meringankan penyakit dan mempertahankan bahkan meningkatkan kesehatan merupakan fungsi dari Alkes. Disamping itu, Alkes juga memiliki nilai ekonomis karena nilai jual yang cukup menguntungkan. Apalagi pasar ASEAN cukup menjanjikan, terutama di Indonesia.
          Sayangnya Indonesia masih ketergantungan Alkes dari luar negeri. Sekitar 90% produk yang beredar adalah barang impor. Walaupun demikian, 46% produk alkes Indonesia mampu memenuhi kebutuhan alat kesehatan di rumah sakit tipe A. Indonesia mempunyai 211 industri Alkes lokal dan mampu memproduksi berbagai jenis produk berkualitas yang tak kalah dengan impor.  Namun, sayangnya produk dalam negeri belum mampu mendominasi pasar yang sangat besar tersebut.
          Diperlukan perhatian dan solusi yang jitu untuk menangani ketergantungan alat kesehatan impor. Berbagai cara harus kita lakukan guna terwujudnya indonesia yang mandiri alat kesehatan.
Contohnya pemerintah harus mengeluarkan peraturan mengenai besaran persen dalam pemenuhan alat kesehatan yang ada di rumah sakit, klinik, maupun pusat rehabilitasi. Pemerintah harus berani mengatur persenan tersebut guna membuka pasar industri lokal untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya sendiri. Pemerintah juga harus menerbitkan hukuman bagi instansi kesehatan yang tidak menggunakan produk dalam negeri. seperti pemotongan biaya anggaran, pemotongan gaji pegawai, denda, maupun hukuman lain yang kiranya membuat kapok.
          Bisa juga pemerintah berkolaborasi membuat program jangka menengah dan panjang untuk beralih ke alat kesehatan lokal. Dan tiap instansi kesehatan yang mempunyai kinerja baik dan menggunakan produk lokal maka akan diberikan reward. Agar kedepannya banyak instansi kesehatan yang ikut serta dalam program ini. Program peralihan alkes impor ke lokal butuh waktu. Mengingat produk impor juga masih digunakan maka, perlu kinerja dari seluruh instansi kesehatan. Agar produk impor tetap digunakan, namun untuk pembelian produk baru harus dari alkes dalam negeri. Sehingga berlahan namun pasti peralihan alkes dari impor ke lokal akan terwujud.
          Masyarakat juga harus sadar akan alkes lokal. Karena mayoritas masyarakat masih tidak begitu menghiraukan produk impro ataupun lokal. Bahkan banyak yang bangga dan memilih menggunakan produk alkes impro karena berbagai alasan.
          Dibutuhkan kesungguhan dari berbagai pihak untuk turut andil dalam mensukseskan terwujudnya Indonesia mandiri alat kesehatan. Guna menunjukkan pada dunia bahwa indonesia dapat mandiri alkes dan tidak dipandang remeh oleh bangsa asing sebagai bangsa pengguna, bukan bangsa pembuat. Serta untuk kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia itu sendiri

47 TAHUN HAMBATAN OKUPASI TERAPI MEMANDIRIKAN NEGERI

Oleh: Muhamad Ibrahim
              (Gambar 1: Okupasi Terapis sedang menerapi klien dengan bantuan bola.)
Terapi Okupasi adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada klien dengan kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang mempunyai gangguan pada kinerja okupasional, dengan menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang.  (PERMENKES 76 Tahun 2014 Kementerian Kesehatan)
Okupasi terapi adalah profesi kesehatan yang berkonsentrasi pada client-centered dengan promosi kesehatan dan sehat yang sesungguhnya melalui okupasi. Tujuan utama okupasi terapi adalah memungkinkan orang untuk berpartisipasi di dalam aktivitas sehari-hari. Okupasi terapi mencapai hasil oleh pekerjaan dengan orang dan komunitas untuk menambah kemampuan untuk keikutsertaan di dalam keinginannya, kebutuhan, atau harapan untuk melakukan, atau dengan memodifikasi pekerjaan atau lingkungan untuk dukungan yang lebih baik melakukan pekerjaannya. (World Federation of Occupational Therapist 2012)
Okupasi terapi sangat asing di kalangan masyarakat Indonesia. Okupasi terapi masuk ke Indonesia tahun 1970 yang dipelopori oleh dua orang yakni, Bapak Harry Siahaan yang lulus dari Selandia Baru dan Bapak Joko Susetyo yang lulus dari Australia. Pada tahun 1989, empat orang dosen dari Akademi Fisioterapi Surakarta dikirim ke Universitas Alberta, Kanada untuk meraih Sarjana Okupasi Terapi dengan dibiayai The Canadian International Developmental Agency. Mereka adalah Tri Budi Santoso, Bambang Kuncoro, Dedy Suhandi, dan Khomarun. Setelah meraih gelar sarjana Pada tahun 1994, Akademi Okupasi Terapi Indonesia berdiri yang dipelopori oleh ke empat dosen tersebut. Difasilitasi oleh Departemen kesehatan RI, CIDA dan University of Alberta dengan bantuan konsultan Professor Sharon Brintnel yang menjadi Presiden WFOT atau World Federation of Occupational Therapists tahun 2008 sampai 2014.
Program okupasi terapi kedua didirikan di Jakarta pada tahun 1997 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tetapi saat ini bergabung dengan Program Vokasi Universitas Indonesia Depok. Saat ini Akademi Okupasi Terapi Surakarta bergabung dengan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta dibawah naungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pada tahun 2000, jurusan okupasi terapi Poltekkes Kemenkes Surakarta disetujui oleh World Federation of Occupational Therapist (WFOT).
Okupasi terapi belum dikenal masyarakat secara luas namun jasa yang dibutuhkan besar. Jasa yang besar tersebut belum diimbangi dengan terapis yang dicetak oleh perguruan tinggi di Indonesia. Peran okupasi sangat penting bangi kesehatan masyarakat Indonesia guna meciptakan bangsa yang sehat. Dari rekam jejak sejarah okupasi terapi di Indonesia bantuan dari luar negeri sangatlah besar dan hampir dominan.
Pemerintah sepertinya belum memberi porsi yang seimbang guna memajukan okupasi terapi di Indonesia. Seperti pengiriman empat dosen untuk belajar okupasi terapi di universitas alberta, kanada yang didanai dari The Canadian International Developmental Agency. Dua staf pengajar poltekkes kemenkes surakarta Bapak Bambang Kuncoro dan Bapak Khomarun diundang ke Jepang untuk meningkatkan pengalaman klinis di beberapa rumah sakit di Jepang selama tiga bulan. Proyek ini didanai oleh Japan International Cooperation Agency (JIMTEF). Belum dilegalkannya ikatan mahasiswa okupasi terapi Indonesia (IMOTI) membuat mahasiswa yang ikut organisasi tersebut kesulitah untuk memajukan okupasi terapi di Indonesia.
Bertambahnya jumlah penduduk Indonesia disertai bonus demografi di tahun 2045 membuat okupasi terapi perlu untuk didukung kemajuannya. Tenaga okupasi terapis perlu disebarluaskan di luar Pulau Jawa. Mengingat kebanyakan layanan okupasi terapi berada di Pulau Jawa. Pemerintah sebagai pengelola negara melalui Kementerian Kesehatan sebagai pengelola kesehatan di Indonesia perlu untuk mengirim lebih banyak putra putri terbaik bangsa ke luar negeri. Pengiriman ke luar negeri dimaksudkan untuk tugas belajar. Sekembalinya ke tanah air diharapkan putra dan putri Indonesia dapat meningkatkan mutu, kompetensi serta profesionalisme dibidang okupasi terapi.
Menuntut ilmu membutuhkan dana besar terlebih di jurusan kesehatan. Mahasiswa jurusan kesehatan terkhusus Okupasi Terapi Poltekkes Kemenkes Surakarta memiliki masalah yang besar soal biaya kuliah. Biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) melambung tinggi namun kurangnya beasiswa yang disediakan untuk para mahasiswa dikampus membuat orang tua dan mahasiswa bekerja keras untuk menutupi biaya tersebut. Beasiswa di Poltekkes Kemenkes Surakarta hanya ada dua: beasiswa keluarga miskin yang hanya mendapat potongan lima puluh persen biaya UKT; dan beasiswa bagi tiga peraih Indeks Prestasi Komultif (IPK) terbaik se-jurusan okupasi terapi per tingkat. Untuk membantu memajukan okupasi terapi pemerintah perlu memberikan insentif kepada mahasiswa yang berprestasi dalam pelajaran maupun organisasi serta mahasiswa yang kurang mampu. Dikala perguruan tinggi lain banyak menawarkan beasiswa untuk para mahasiswa. Mahasiswa okupasi terapi harus bekerja keras untuk mendapatkan nilai IPK 3,00 sebagai komitmen jurusan okupasi terapi dalam menjamin mutu lulusan OT tanpa ada tawaran beasiswa dari Kementerian Kesehatan maupun dari luar kampus.

(Gambar 2: Salah satu alat untuk terapi klien)
Alat untuk praktik OT di laboratorium kampus sangat minim karena harga alat yang sangat mahal. Beberapa alat ada yang pemberian, produksi sendiri, dan ada yang membeli dari pasar. Alat untuk praktek sangatlah penting bagi kemajuan OT di Indonesia. Diharapkan pemeritah juga memberi perhatian pada kondisi dan ketersediaan alat praktek bagi mahasiswa OT.
Dengan segala permasalahan yang ada pemerintah diharapkan cepat dan tanggap untuk membenahi kesehatan di Indonesia terkhusus okupasi terapi. Dimasa mendatang bonus demografi haruslah menjadi keuntungan bagi bangsa dan Negara ini. Jangan sampai bonus demografi menjadi petaka. Peran okupasi terapi memandirikan klien agar dapat beraktivitas sehari-hari. Apabila okupasi terapi dapat memandirikan klien maka bangsa dan Negara dapat juga mandiri dan memiliki mutu kesehatan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wfot.org/
Diakses pada hari Kamis, 3 November 2016
http://info-okupasi-terapi.blogspot.co.id/2015/05/perkembangan-okupasi-terapi-di-indonesia.html
Diakses pada hari Kamis, 3 November 2016
http://autism-aware.info/joomla/bpk-tri-budi-santoso.html
Diakses pada hari Kamis, 3 November 2016
http://news.okezone.com/read/2015/01/02/65/1087010/prodi-okupasi-terapi-mampu-hasilkan-lulusan-jutawan
Diakses pada hari Sabtu, 5 November 2016
http://rachmaaprilia.blogspot.co.id/2013/03/apa-itu-terapi-okupasi-terapi-3.html
Diakses pada hari Sabtu, 5 November 2016

PEMBERDAYAAN PEMUDA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN OKUPASI TERAPI

Oleh: Muhamad Ibrahim
          Mendengar kata Okupasi Terapi (OT) sangat asing bagi masyarakat Indonesia bahkan dunia. Memang belum banyak orang yang mengenal salah satu tenaga kesehatan ini. Mungkin kita hanya tahu tenaga kesehatan itu: perawat, bidan, dan dokter.  Menurut Ikatan Okupasi Terapi Indonesia (IOTI), Okupasi Terapi adalah profesi kesehatan yang memberikan terapi pada individu atau kelompok yang mengalami gangguan sementara atau permanen pada fisik, mental dan atau social sehingga yang bersangkutan mampu mandiri dalam aktifitas sehari-hari (self-care, productivity, leisure).
           Okupasi Terapi di Indonesia sangat terbatas, baik dari segi terapis maupun tempat pendidikannya. Perguruan tinggi yang menyelenggarakan OT hanya ada dua di Indonesia: Poltekkes Kemenkes Surakarta dan Universitas Indonesia Vokasi. Tidak semua rumah sakit, klinik, dan pusatrehabilitasi memiliki fasilitas OT. Hal tersebut membuat Okupasi Terapi tidak menjangkau semua lapisan masyarakat.
           Peran Okupasi Terapi sangat luas dan penting untuk menunjang kemandirian Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Jangkauan pasien sangat beragam, mulai dari bayi hingga orang tua.Tidak mustahil dengan masyarakat yang mandiri maka Indonesia akan menjadi Negara maju dan makmur. Masyarakat yang mandiri juga akan melahirkan generasi yang mandiri, disiplin, dan tidak ketergantungan dengan bantuan orang lain. Dibutuhkan peran pemuda untuk mencapai semua itu.
          Lulusan Okupasi Terapi sangat sedikit diandingkan dengan jurusan kesehatan lainnya. OT juga kurang baik dalam persebarannya. Mahasiswa OT tergiur dengan gaji yang besar, yang notabene berada di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Jogja, Surabaya, dll. Dengan kata lain persebaran OT belum merata di Indonesia. Biaya untuk terapi okupasi juga lumayan besar. Sekali terapi di rumah pasien atau home visit bias lima puluh ribu rupiah hingga lima ratus ribu rupiah. Hal itu menyebabkan sulit dan terbatasnya masyarakat mendapatkan pelayanan OT.
         Saya menggagas proyek mendirikan pusat rehabilitasi (rehabilitation centre). Pusat rehabilitasi tersebut ditujukan bagi masyarakat kurang mampu yang membutuhkan terapi. Tentunya pusat rehabilitasi tersebut beda dengan yang lain, yakni gratis bagi masyrakat kurang mampu. Saya akan memberdayakan peran para pemuda yang katanya “agent of change” untuk ikut dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Saya akan mengajak mahasiswa Okupasi Terapi untuk ikut andil dalam proyek ini. Mahasiswa OT tersebut sekaligus untuk memandu pemuda yang ingin bergabung dengan proyek ini namun tidak memperoleh pendidikan Okupasi Terapi. Selain Jurusan OT, saya jugaakan bekerjasama dengan Jurusan Fisioterapi dan Terapi Wicara. Kerjasama tersebut dikarenakan beberapa hal tidak dapat dikerjakan OT sendirian, maka diperlukan kerja tim antar jurusan.
          Sumber dana dari pusat rahbilitasi tersebut berasal dari banyak sumber. Sumber dana bisa dengan mencari donator dari alumni OT yang sudah sukses, infaq dari masyarakat, penjualan merchandise, dll. Jika niat sudah bulat dan ikhlas untuk dana tidak akan menjadi masalah.
          Setelah berhasil membuka pusat rehabilitasi pertama,maka saya akan membuka cabang di daerah lain yang tidak ada OkupasiTerapi. Pembukaan pusat rehabilitasi tersebut untuk membuka akses kepada masyarakat seluas mungkin untuk meningkatkan kemandirian dan derajat kesehatan. Pembukaan pusart rehabilitasi juga dimaksudkan untuk memperluas jaringan Okupasi Terapi ke daerah lain, tidak hanya berpusat di Pulau Jawa. Dengan begitu peran pemuda dapat lebih bermanfaat dan produktif.