Oleh: Muhamad Ibrahim
Mendengar kata Okupasi Terapi (OT) sangat asing bagi masyarakat Indonesia bahkan dunia. Memang belum banyak orang yang mengenal salah satu tenaga kesehatan ini. Mungkin kita hanya tahu tenaga kesehatan itu: perawat, bidan, dan dokter. Menurut Ikatan Okupasi Terapi Indonesia (IOTI), Okupasi Terapi adalah profesi kesehatan yang memberikan terapi pada individu atau kelompok yang mengalami gangguan sementara atau permanen pada fisik, mental dan atau social sehingga yang bersangkutan mampu mandiri dalam aktifitas sehari-hari (self-care, productivity, leisure).
Okupasi Terapi di Indonesia sangat terbatas, baik dari segi terapis maupun tempat pendidikannya. Perguruan tinggi yang menyelenggarakan OT hanya ada dua di Indonesia: Poltekkes Kemenkes Surakarta dan Universitas Indonesia Vokasi. Tidak semua rumah sakit, klinik, dan pusatrehabilitasi memiliki fasilitas OT. Hal tersebut membuat Okupasi Terapi tidak menjangkau semua lapisan masyarakat.
Peran Okupasi Terapi sangat luas dan penting untuk menunjang kemandirian Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Jangkauan pasien sangat beragam, mulai dari bayi hingga orang tua.Tidak mustahil dengan masyarakat yang mandiri maka Indonesia akan menjadi Negara maju dan makmur. Masyarakat yang mandiri juga akan melahirkan generasi yang mandiri, disiplin, dan tidak ketergantungan dengan bantuan orang lain. Dibutuhkan peran pemuda untuk mencapai semua itu.
Lulusan Okupasi Terapi sangat sedikit diandingkan dengan jurusan kesehatan lainnya. OT juga kurang baik dalam persebarannya. Mahasiswa OT tergiur dengan gaji yang besar, yang notabene berada di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Jogja, Surabaya, dll. Dengan kata lain persebaran OT belum merata di Indonesia. Biaya untuk terapi okupasi juga lumayan besar. Sekali terapi di rumah pasien atau home visit bias lima puluh ribu rupiah hingga lima ratus ribu rupiah. Hal itu menyebabkan sulit dan terbatasnya masyarakat mendapatkan pelayanan OT.
Saya menggagas proyek mendirikan pusat rehabilitasi (rehabilitation centre). Pusat rehabilitasi tersebut ditujukan bagi masyarakat kurang mampu yang membutuhkan terapi. Tentunya pusat rehabilitasi tersebut beda dengan yang lain, yakni gratis bagi masyrakat kurang mampu. Saya akan memberdayakan peran para pemuda yang katanya “agent of change” untuk ikut dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Saya akan mengajak mahasiswa Okupasi Terapi untuk ikut andil dalam proyek ini. Mahasiswa OT tersebut sekaligus untuk memandu pemuda yang ingin bergabung dengan proyek ini namun tidak memperoleh pendidikan Okupasi Terapi. Selain Jurusan OT, saya jugaakan bekerjasama dengan Jurusan Fisioterapi dan Terapi Wicara. Kerjasama tersebut dikarenakan beberapa hal tidak dapat dikerjakan OT sendirian, maka diperlukan kerja tim antar jurusan.
Sumber dana dari pusat rahbilitasi tersebut berasal dari banyak sumber. Sumber dana bisa dengan mencari donator dari alumni OT yang sudah sukses, infaq dari masyarakat, penjualan merchandise, dll. Jika niat sudah bulat dan ikhlas untuk dana tidak akan menjadi masalah.
Setelah berhasil membuka pusat rehabilitasi pertama,maka saya akan membuka cabang di daerah lain yang tidak ada OkupasiTerapi. Pembukaan pusat rehabilitasi tersebut untuk membuka akses kepada masyarakat seluas mungkin untuk meningkatkan kemandirian dan derajat kesehatan. Pembukaan pusart rehabilitasi juga dimaksudkan untuk memperluas jaringan Okupasi Terapi ke daerah lain, tidak hanya berpusat di Pulau Jawa. Dengan begitu peran pemuda dapat lebih bermanfaat dan produktif.
No comments:
Post a Comment